Pelan-pelan ku lihat
mentari tak berparas
warnanya semakin tenggelam hangat...
Dari ufuk barat
ku dapati senja berbicara
bahwa hari akan
merubah wajahnya
Di saat kantuk mulai mengetuk
memanggil-manggil mimpi...
aku berusaha bertepi
sebelum pada akhirnya
aku tenggelam
jatuh dan lupa pada waktu
Maka izinkan aku
menikmati setiap detik yang berlari
di dinding ruang
rindu bersamamu...
-Zhe-
Senin, 23 Februari 2009
2 PAGI
langit masih gelap
mimpimu menari dalam
hening yang senyap
bersama angin kubisikkan
syair hangat
agar musnah segala penat
pada detikdetik yang membuatmu
terperangkap
pukul 2 pagi Cinta!
waktunya kau beranjak
kembali mengarungi dunia nyata
tetaplah tersenyum meski
di sekitarmu hanya para keparat
sebab aku tak kan membiarkanmu
melangkah sendirian!
-Kay-
mimpimu menari dalam
hening yang senyap
bersama angin kubisikkan
syair hangat
agar musnah segala penat
pada detikdetik yang membuatmu
terperangkap
pukul 2 pagi Cinta!
waktunya kau beranjak
kembali mengarungi dunia nyata
tetaplah tersenyum meski
di sekitarmu hanya para keparat
sebab aku tak kan membiarkanmu
melangkah sendirian!
-Kay-
PUISIMU
ku baca lagi puisimu
tentang lukisan,
tentang harapan,
dan airmata
ketika waktu jadi penanda
malammalam jemu
yang kita lewati
dengan beragam cerita
tentang tangis,
tentang tawa,
tentang hariharimu,
tentang harihariku,
tentang kita...
tentang lukisan,
tentang harapan,
dan airmata
ketika waktu jadi penanda
malammalam jemu
yang kita lewati
dengan beragam cerita
tentang tangis,
tentang tawa,
tentang hariharimu,
tentang harihariku,
tentang kita...
Minggu, 15 Februari 2009
NOSTALGIA BIOSKOP
Apa yang kita kenang tentang bioskop-bioskop di Indonesia yang kini telah berguguran?
Dulu ada tiga gedung bioskop di kota kelahiran saya Bondowoso, yaitu bioskop President, bioskop Guntur, dan bioskop Irama. Sejauh yang saya ingat, bioskop President merupakan bioskop yang paling "sehat" saat itu, sedangkan bioskop Irama spesialis film Bollywood dan film-film "Indonesia" (tahun 80-90an, tau kan maksud saya?!).
Waktu kecil, saya sering diajak menononton bioskop oleh orangtua saya. Kalo lagi ngambek atau ngamuk, bapak saya akan membujuk dengan mengajak kbioskop dan biasanya ke"bandel"an saya langsung reda.
Kebetulan rumah saya di sekitar pecinan yang lumayan dekat dengan gedung bioskop, jadi saat pulang sekolah waktu SMP saya dan teman-teman sering bermain ke gedung bioskop yang sedang tutup. Penjaga gedung bioskop selalu berbaik hati mengijinkan kami untuk masuk ke dalam gedung.
Mengumpulkan flyer atau selebaran film yang akan diputar dan melihat poster-poster film di bioskop jadi salah satu hobi saya waktu kecil. Biasanya ada mobil yang berkeliling menyebarkar flyer-flyer sambil mengumumkan film yang akan di putar di bioskop lewat megaphone, saya suka berlari-lari mengejar mobil itu dan berebut flyer dengan orang-orang di jalan.
Terpuruknya film nasional rupanya berimbas pada tumbangnya bioskop-bioskop di daerah. Di Bondowoso, bioskop yang pertama kali tutup adalah bioskop President, disusul Irama dan Guntur. Beberapa orang menyebar isu bahwa gedung bioskop President yang kosong hingga sekarang itu berhantu, sedangkan gedung bioskop Irama telah berbuah menjadi supermarket dan departement store.
Saya dan mungkin beberapa anak lain kehilangan tempat bermain. Tempat yang kemudian membuat saya jatuh cinta pada film, tempat yang membuat saya ketika kecil kadang membayangkan menjadi seorang pemain film (film perang, film kungfu, film action, hahahahaa), tempat yang membuat saya ketika kecil berpikir dan bertanya-tanya bagaimana proses film dibuat hingga dapat kita tonton.
Saya bersyukur setelah dewasa, Tuhan memberi saya kesempatan untuk belajar tentang membuat film dan dpat bertemu dengan orang-orang yang hidupnya bergumul dengan film.
Sekarang saya sangat merindukan masa-masa kecil saya itu (sekarang juga masih kecil sih! heheee). Bagaimana dengan anda?
Dulu ada tiga gedung bioskop di kota kelahiran saya Bondowoso, yaitu bioskop President, bioskop Guntur, dan bioskop Irama. Sejauh yang saya ingat, bioskop President merupakan bioskop yang paling "sehat" saat itu, sedangkan bioskop Irama spesialis film Bollywood dan film-film "Indonesia" (tahun 80-90an, tau kan maksud saya?!).
Waktu kecil, saya sering diajak menononton bioskop oleh orangtua saya. Kalo lagi ngambek atau ngamuk, bapak saya akan membujuk dengan mengajak kbioskop dan biasanya ke"bandel"an saya langsung reda.
Kebetulan rumah saya di sekitar pecinan yang lumayan dekat dengan gedung bioskop, jadi saat pulang sekolah waktu SMP saya dan teman-teman sering bermain ke gedung bioskop yang sedang tutup. Penjaga gedung bioskop selalu berbaik hati mengijinkan kami untuk masuk ke dalam gedung.
Mengumpulkan flyer atau selebaran film yang akan diputar dan melihat poster-poster film di bioskop jadi salah satu hobi saya waktu kecil. Biasanya ada mobil yang berkeliling menyebarkar flyer-flyer sambil mengumumkan film yang akan di putar di bioskop lewat megaphone, saya suka berlari-lari mengejar mobil itu dan berebut flyer dengan orang-orang di jalan.
Terpuruknya film nasional rupanya berimbas pada tumbangnya bioskop-bioskop di daerah. Di Bondowoso, bioskop yang pertama kali tutup adalah bioskop President, disusul Irama dan Guntur. Beberapa orang menyebar isu bahwa gedung bioskop President yang kosong hingga sekarang itu berhantu, sedangkan gedung bioskop Irama telah berbuah menjadi supermarket dan departement store.
Saya dan mungkin beberapa anak lain kehilangan tempat bermain. Tempat yang kemudian membuat saya jatuh cinta pada film, tempat yang membuat saya ketika kecil kadang membayangkan menjadi seorang pemain film (film perang, film kungfu, film action, hahahahaa), tempat yang membuat saya ketika kecil berpikir dan bertanya-tanya bagaimana proses film dibuat hingga dapat kita tonton.
Saya bersyukur setelah dewasa, Tuhan memberi saya kesempatan untuk belajar tentang membuat film dan dpat bertemu dengan orang-orang yang hidupnya bergumul dengan film.
Sekarang saya sangat merindukan masa-masa kecil saya itu (sekarang juga masih kecil sih! heheee). Bagaimana dengan anda?
Selasa, 03 Februari 2009
KAMU !
kamulah semesta yang
menggugah pesona
kamulah diksi yang
tak ku temukan pada
kamus segala bahasa
kamu yang tak tergantikan
oleh morpheus atau siapapun
di dunia!
sebab kamulah ruh yang dikirim
untuk menemani, menjaga, dan mencintaiku
agar aku tak terbaring sepi
-kay-
Langganan:
Postingan (Atom)